Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS penahan air di tep sungai. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. 0% found this document useful 0 votes250 views21 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes250 views21 pagesBAB VI Perencanaan Dinding Penahan Tanah PER NC NG N IRIG SI B NGUN N IR 96 BAB VI PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH Data  Elevasi muka tanah di tepi sungai = + 168,50 m  Elevasi dasar sungai = + 165,00 m  Tinggi muka air banjir = 5,701 m  Elevasi muka air banjir = + 170,71 m  Berat volume tanah di tepi sungai γ t = 1,6 t/m 3  Sudut gesek dalam tanah Ø = 30 o  Berat volume pasangan batu kali γ ps = 2,2 t/m 3  Tegangan lentur pasangan batu kali ’ = 100 t/m 2  Tegangan geser pasangan batu kali ’ = 20 t/m 2 Perencanaan Dinding Penahan Tanah Direncanakan dinding penahan tanah dengan dimensi sebagai berikut h = h 1 + h 2 - Direncanakan tinggi pondasi h1 2,0 m - Direncanakan tinggi jagaan 1,0 m KP-02 halaman 123 - Tinggi air banjir + tinggi jagaan h2 5,701 + 1 = 6,701 m - Tinggi rencana DPT h 2,0 + 6,701 = 8,701 m Tegangan ijin untuk pasangan batu kali  Tegangan tekan = 100 t/m 2  Tegangan tarik = 0 t/m 2  Tegangan geser = 20 t/m 2 Berat volume  Pasangan batu kali = 2,2 t/m 2  Tanah = 1,6 t/m 2 Kuat geser tanah dasar  Tanah dasar kondisi normal = 35 t/m 2  Tanah dasar kondisi tertentu= 70 t/m 2 PER NC NG N IRIG SI B NGUN N IR 97 Direncanakan dinding penahan tanah dengan kondisi kritis tanpa air dengan dimensi sebagai berikut Pada Hulu Bendung Gambar Dimensi dinding penahan tanah pada Hulu Tabel Gaya pada DPT akibat berat sendiri dan tanah ditinjau 1 m lebar di Hulu Bagian V t x m M r tm 1 2,2 . 8 . 2. 1 = 35,20 4,0 140,80 2 2,2 . 6,701. 1. 1 = 14,72 2,5 36,80 3 2,2 . 6,201 . 1. 1 = 13,64 3,5 47,74 4 2,2 . 0,5. 4. 5,701 . 1 = 25,08 5,67 142,20 5 1,6 . 5 . 0,5. 1 = 4,00 5,5 22,00 6 1,6 . 0,5 . 4 . 6,201 = 19,84 5,33 105,75 V = 112,48 t M r = 495,29 tm NB Momen ditinjau terhadap titik A.  Tekanan tanah aktif pada dinding K a = tan 2 45 o – Ø/2 = tan 2 45 o – 30 o /2 = 0,333 P a = K a . 21 . γ t . h 2 = 0,333 . 21 . 1,6 . 8,701 2 = 20,168 t Titik tangkap tekanan tanah aktif = 8,701/3 = 2,900 m PER NC NG N IRIG SI B NGUN N IR 98 Momen guling akibat tekanan tanah aktif M 01 = 20,168 . 2,900 = 58,487 tm Keterangan - Dalam hal ini tekanan tanah pasif pada DPT diabaikan karena tekanan tanah pasif diyakini tidak akan selalu bekerja mengingat adanya kemungkinan tanah akan tergerus air. - Pada perhitungan DPT, tekanan tanah pasif dan tekanan air diabaikan karena DPT direncanakan dengan keadaan paling kritis dimana hanya tekanan oleh berat sendiri dan tekanan tanah aktif yang diperhitungkan. Tabel Gaya Horizontal Berat Sendiri Dinding Akibat Gempa Bagian W t y m M 0 tm 1 2,2 . 8 . 2. 1 = 35,20 1,000 35,20 2 2,2 . 6,701. 1. 1 = 14,72 5,101 75,09 3 2,2 . 6,201 . 1. 1 = 13,64 4,85 66,154 4 2,2 . 0,5. 4. 5,701 . 1 = 25,08 4,07 102,08 5 1,6 . 5 . 0,5. 1 = 4,00 8,13 32,52 6 1,6 . 0,5 . 4 . 6,201 = 19,84 8,45 167,648 W = 112,48 t M 0 = 481,692 tm NB Momen ditinjau terhadap titik A.  Akibat gempa horizontal H = k h . H = 0,1 . 112,48 = 11,25 t M 02 = k h . M 0 = 0,1 . 481,692 = 48,17 tm  Akibat gempa vertikal V = k v . V = 0,05 . 112,48 = 5,624 t M 03 = k v . M r = 0,05 . = 24,765 tm FungsiUtama Kawat Bronjong antara lain: Untuk melindungi dan memperkuat struktur tanah di sekitar tebing, tepi sungai, dan tepi tanggul. sebagai penjaga area tepi sungai dari arus sungai, sehingga bantaran sungai tidak mudah hancur. sebagai pembentuk bendungan, yakni untuk meningkatkan volume air sungai. Geobag, merupakan material yang terbuat dari bahan geotextile non woven yang di buat menjadi kantung yang di jahit khusus dengan presisi dan dalamnya diisi pasir atau tanah yang kemudian dijahit dan membentuk bentuk yang mirip dengan sand bag yang digunakan untuk menggantikan bangunan atau batuan yang berfungsi sebagai penahan atau pemecah gelombang air biasanya di gunakan di tepi pantai maupun tepi sungai dan muara selengkapnya harga geobagMaterial ini lebih stabil secara geoteknik dan juga hidrolik karena geobag lebih berat, lebih lebar dan mempunyai perbandingan tinggi yang proporsional dan juga berguna dengan baik sebab tersusun dari kumpulan unit yang yang dimiliki geobag ini adalah mampu meredam gelombang laut, sebagai dinding penahan yang efektif, material yang digunakan untuk pengisian berasal dari pasir sekitar, serta lebih efisien dan efektif. Geobag dapat diaplikasikan pada River Bank Protection, Temporary Jetty, Groyne, Containing Dredged Material, Break water dan lain Lebar1 m & mKetebalan – mm KemasanPer kilogram / Per Roll Tergantung StockPlastik Cor dapat digunakan pada Lantai Kerja Cor JalanLantai Kerja Cor GedungPenutup Barang KonstruksiPenutup Barang IndustriPelapis Cetakan Industri dan lainnya KanalBanjir Timur (KBT) dibangun dengan tujuan untuk melindungi wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara dari banjir akibat luapan Sungai Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat, dan Cakung, yang kapasitas alirannya masih belum mampu menampung debit aliran air pada puncak musim hujan. KBT akan melayani sistem drainase pada wilayah seluas 207 km 2 dan dapat
ArticlePDF AvailableAbstractABSTRAKSPada hari Jumat 18 desember 2015 telah terjadi longsoran pada tebing sungai Cipunagara Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang. Longsor menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan membendung sungai sehingga banyak ikan di kolam mati. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab longsor dan menentukan metode penanganannya. Lokasi longsor mempunyai karakteristik material tanah berupa material lepas. Longsoran terjadi pada tebing sungai dengan kemiringan lereng 11. Pemicu longsoran diindikasikan karena daerah tersebut merupakan zona infiltrasi air dari saluran irigasi, hujan, genangan sawah, dan juga karena erosi pada tebing sungai. Berdasarkan faktor penyebab longsor maka untuk menjaga agar diperoleh lereng yang stabil, disampaikan 5 lima rekomendasi yaitu membuat saluran irigasi kedap air, membuat area pertanian kering, membuat struktur penguat tebing/pengarah aliran sungai krib, membuat subsurface drainase. Pada lokasi longsor perlu dibuat terasering. Perlu dilakukan usaha mencegah longsor pada lokasi lain yang berpotensi longsor dengan mencegah terjadinya infiltrasi air permukaan ke dalam tanah. Dari analisis stabilitas lereng, nilai FS = 0,306 dan apabila dilakukan penguatan tebing maka nilai FS= 1,022Kata kunci Longsoran, Infiltrasi, Stabilitas Lereng, Subsurface Drainase ABSTRACTOn Friday, December 18th 2015, a landslide occurred in the Cipunagara River in the Pesanggrahan Village, Kasomalang District, Subang Regency. Landslides cause damage on agricultural land and dammed the river causing plenty of fishes in the pond dead. The aim of this study is to analyze the causes of landslides and determine mitigations methods that need to be applied. The landslide in the area is contained and formed by loose materials as its characteristics. Landslide occurred on the river bank having 11 slope. The triggers of the landslide are excessive water as it infiltrate the area through flowing water from irrigation canals. The second cause was rainfall, a puddle of paddy fields, and also the erosion in the river banks cutting the lower part of the hill. Based on the causing factors, to increase slope stability, there is five 5 recommendations which are to create the impermeable for irrigation channels, make the dry farming area, construct gabion to slope strengthness, arrange directional flow of the river crib, and create a subsurface drainage. At the location of landslide, it is needed also to make some terraces. Also, to prevent landslides in other locations, we need to prevent water infiltration into the soil. Furthermore, from the slope stability analysis before the occurrence, we have the value of FS = and after making the slope stronger by gabion, the value of FS becoming = Landslide, Infiltration, Slope Stability, Subsurface Drainage Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 19JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGIJournal of Environment and Geological HazardsISSN 2086-7794, e-ISSN 2502-8804Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI 21/E/KPT/2018 Tanggal 9 Juli 2018e-mail - di Sungai Cipunagara dan Desain PenanganannyaLandslide at Cipunagara River and its Handling DesignRokhmat Hidayat1 dan Moh. Dedy Munir2Balai Litbang Sabo, Puslitbang Sumber Daya Air, Badan Litbang, Kementerian PUPRSopalan, Maguwoharjo, Yogyakarta - IndonesiaNaskah diterima 02 Februari 2018, selesai direvisi 04 Februari 2019, dan disetujui 29 April 2019e-mail rokhmathidayat33 hari Jum’at, 18 Desember 2015, telah terjadi longsor pada tebing Sungai Cipunagara, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang. Longsor menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan membendung sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab longsor dan menentukan metode penanganannya. Lokasi longsor mempunyai karakteristik material tanah berupa material lepas. Longsor terjadi pada tebing sungai dengan kemiringan lereng 11. Pemicu longsor diindikasikan karena daerah tersebut merupakan zona inltrasi air dari saluran irigasi, hujan, genangan sawah, dan juga karena erosi pada tebing sungai. Berdasarkan faktor penyebab longsor maka untuk menjaga agar diperoleh lereng yang stabil, disampaikan 5 lima rekomendasi yaitu membuat saluran irigasi kedap air, membuat area pertanian kering, membuat struktur penguat tebing/pengarah aliran sungai krib, membuat drainase bawah permukaan. Pada lokasi longsor perlu dibuat terasering. Perlu dilakukan usaha mencegah longsor pada lokasi lain yang berpotensi longsor dengan mencegah terjadinya inltrasi air permukaan ke dalam tanah. Dari analisis stabilitas lereng, nilai FS = 0,306 dan apabila dilakukan penguatan tebing maka nilai FS= 1,022Kata kunci Drainase Bawah Permukaan, Inltrasi, Longsor, Stabilitas LerengABSTRACTOn Friday, December 18th 2015, a landslide occurred at the slope of Cipunagara River in Pesanggrahan Village, Kasomalang District, Subang Regency. The landslide caused damage on agricultural land and damed the river. The aim of this study is to analyze the causes of the landslide and determine mitigations methods that need to be applied. The landslide formed by loose materials as its characteristics was occurred on the river bank which has 11 slope. Its triggers was because it was become inltration zone of water from irrigation canals, rain, inundation of rice elds, and also due to erosion on river banks. Based on the causing factors, in order to increase slope stability, there are ve 5 recommendations to create the impermeable for irrigation channels, to make the dry farming area, to construct gabion to slope strengthness, to arrange directional ow of the river crib, and to create a subsurface drainage. At the location of landslide, it is needed also to make some terraces. In other locations, it is needed to prevent water inltration into the soil as well. Furthermore, from the slope stability analysis before the occurrence, we have the value of FS = and after making the slope stronger by gabion, the value of FS becoming = Subsurface Drainage, Inltration, Landslide, Slope Stability 20Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 1, April 2019 19 - 27PENDAHULUANHujan deras yang terjadi Jum’at 18/12/2015, mengakibatkan longsor di Kampung Cipatat, RT. 02/01, Desa Pasanggarahan, Kecamatan Kasomalang, Subang. Koordinat lokasi longsor yaitu 6o42’28,76” Lintang Selatan LS, 107o44’27,44” Bujur Timur BT lihat Gambar 1. Tebing setinggi kurang lebih 50 meter mengalami longsor. Longsor telah menutup aliran Sungai Cipunagara dan mengakibatkan 2 hektar sawah dan kebun menjadi rusak serta mengancam saluran irigasi. Longsor juga mengakibatkan sedimentasi pada badan air di hilir. Akibat lainnya adalah puluhan ton ikan milik warga Desa Darmaga, Kecamatan Cisalak, dan Desa Sindangsari, Kecamatan Kasomalang, ikut mati, karena kekurangan pasokan air, akibat aliran Cipunagara tertutup material longsor pada 18-19 Desember 2015, menurut informasi dari warga terjadi akibat hujan lebat. Genangan air hujan pada sawah dan saluran irigasi, sebagian merembes ke tanah. Akibat rembesan pada lapisan tanah tebing lereng berdampak tanah menjadi jenuh air, sehingga menjadi gaya pemberat dan menurunkan kekuatan geser. Untuk menangani longsor tersebut perlu diketahui faktor penyebabnya. Setelah diketahui diperlukan rekayasa lereng untuk menjaga agar lereng tetap stabil. Dari pengamatan lapangan diketahui terdapat saluran irigasi di atas zona longsor, area pertanian berupa sawah pertanian basah, tidak terdapat struktur penguat tebing dan pengarah aliran sungai. Dilihat dari tipe longsor yang terjadi, jenis longsor ini cenderung membentuk bidang gelincir rotasional dengan material longsor berupa material lepas. Longsor ini menyebabkan banyak lahan pertanian warga yang tidak dapat digunakan sesuai fungsi utamanya. Untuk mengurangi perluasan bencana longsor pada area lokasi penelitian, perlu diadakan kajian lebih lanjut baik secara kajian geologi teknik maupun secara genetik. Hal ini dilakukan dengan mencari faktor keamanan baik sebelum longsor maupun setelah terjadinya longsor. Faktor ini didapatkan dengan memodelkan daerah telitian, menggunakan software slide. Faktor keamanan inilah yang akan mencermikan seberapa besar risiko longsor susulan yang akan terjadi dan langkah preventif apa yang dapat dilakukan untuk mencegah longsor susulan. Selain analisis faktor Gambar 1. Lokasi Longsor Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kasomalang, SubangU 21Longsor di Sungai Cipunagara dan Desain Penanganannyakeamanan melalui permodelan juga dilakukan kajian secara genetik melalui interpretasi sifat geologi, geomorfologi maupun kelerengan area penelitian mengenai hujan sebagai pemicu longsor telah dilakukan Brunetti drr. 2012, Huang drr. 2012, Saputra drr. 2007 dan Tohari drr. 2005. Hujan pemicu longsor dapat berupa hujan deras dan singkat, serta hujan tidak deras tapi lama Karnawati, 2005. Sipayung drr. 2014, membuat persamaan empiris memprediksi longsor di DAS Citarum P0 = fP1,P2 dengan P1 jumlah hujan 3 hari sebelum longsor dan P2 jumlah hujan 15 hari sebelum P1. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa intensitas, pola distribusi, dan durasi hujan sangat mempengaruhi mekanisme keruntuhan lereng disamping faktor-faktor geologi dan geoteknik serta topogra lereng Muntohar drr., 2013; Xue drr., 2016.Material lapukan mempunyai sifat mekanik yang berpengaruh terhadap stabilitas lereng Bowles 1985; Craig 1989. Desain lereng yang semakin landai akan meningkatkan stabilitas lereng. Desain lereng merupakan seni dalam menentukan keseimbangan antara kemiringan lereng dan keuntungan bagi perusahaan tambang Azizi drr. 2012. Penelitian mengenai analisis balik stabilitas lereng telah dilakukan Arif & Widodo 2008. Stabilitas lereng dipengaruhi oleh jenis material, kemiringan, hujan atau keairan. Material nonkompak akan mudah mengalami longsor bila mengalami inltrasi air. Menurut Hardiyatmo 2006, metode penanganan gerakan tanah antara lain mengubah geometri kelerengan, mengendalikan aliran air drainase, dan struktur bangunan untuk stabilisasi. Struktur bangunan dimaksudkaan untuk menambah gaya-gaya yang menahan kelongsoran, yang meliputi berm timbunan batuan, dinding penahan dan Permen PU 22 tahun 2007, penanggulangan longsor dapat dilakukan dengan drainase yang tepat pada lereng. Tujuan pengaturan sistem drainase adalah untuk menghindari air hujan yang banyak meresap masuk dan terkumpul pada lereng yang rawan longsor. Dengan demikian, perlu dibuat drainase permukaan yang mengalirkan air limpasan hujan menjauh dari lereng rawan bencana longsor, dan drainase bawah permukaan yang berfungsi untuk menguras atau mengalirkan air hujan yang meresap masuk ke lereng. Menurut SNI 03-1962-1990, penanggulangan longsor dapat dilakukan dengan mengendalikan air permukaan drainase permukaan. Usaha mengeringkan atau menurunkan muka air tanah dalam lereng dengan mengendalikan air rembesan yaitu dengan membuat saluran kedap penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab longsor, menentukan metode penanganan longsor, mengkaji pengaruh keberadaan saluran irigasi pada zona longsor, serta menentukan perlu tidaknya struktur penguat tebing dan pengarah aliran sungai. METODE PENELITIANMetode yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi dan identikasi data sekunder peta situasi longsor, pengamatan lapangan untuk mengetahui kondisi sik lokasi longsor dan analisis data. Analisis data yang digunakan adalah penggunaan lahan, morfologi, jenis tanah, penyebab terjadinya longsor, stabilitas lereng. Penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya longsor. Suatu lereng yang di atasnya terdapat genangan air seperti sawah basah atau kolam akan memicu terjadinya longsor. Dari segi morfologi geometri lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng meliputi tinggi lereng dan kemiringan lereng, baik itu lereng tunggal single slope maupun lereng keseluruhan overall slope. Suatu lereng disebut lereng tunggal jika dibentuk oleh satu jenjang saja dan disebut keseluruhan overall slope jika dibentuk oleh beberapa jenjang. Lereng yang tinggi cenderung lebih mudah longsor dibanding dengan lereng yang tidak terlalu tinggi dengan jenis batuan penyusun yang sama. Demikian pula dengan sudut lereng, semakin besar sudut kemiringan lereng, maka lereng tersebut akan semakin tidak stabil. Hal yang sangat berperan dalam kestabilan lereng adalah sifat sik dan mekanik batuan tersebut. Sifat sik batuan yang digunakan dalam menganalisis kemantapan lereng adalah bobot isi tanah γ, sedangkan sifat mekaniknya adalah kekuatan geser batuan yang dinyatakan dengan parameter kohesi c dan sudut geser dalam φ yang berfungsi sebagai gaya untuk melawan atau menahan gaya penyebab tanah pada dasarnya dapat terjadi apabila gaya-gaya menahan resisting forces massa tanah 22Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 1, April 2019 19 - 27di lereng lebih kecil dibandingkan gaya mendorong atau luncuran tanah sepanjang lereng. Gaya yang menahan massa tanah di sepanjang lereng dipengaruhi oleh kedudukan muka air tanah, yang akan mempengaruhi sifat/mekanisme tanah terutama daya ikat tanah, sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang bidang luncuran. Gaya pendorong dipengaruhi oleh kandungan air dalam tanah, beban bangunan, berat massa mencegah terjadinya longsor susulan di area penelitian perlu dilakukan perekayasaan lereng agar faktor keamanan stabilitas lereng meningkat. Perekayasaan ini dapat berupa pembangunan bangunan teknik pencegah longsor maupun perekayasaan dengan cara melandaikan lereng atau pengurangan kejenuhan kadar air dari suatu lereng. Pada beberapa kasus biasanya dilakukan upaya kombinasi berupa pelandaian dan penanganan preventif lainnya dengan bangunan teknik penghalang longsor. Pada kasus ini peneliti mencoba melakukan berbagai analisis perekayasaan gabungan sebagai bentuk dari langkah pencegahan longsor. Analisis yang dilakukan dengan memodelkan langkah ke dalam program DAN PEMBAHASANDari hasil pengamatan di lapangan didapatkan dimensi longsor yaitu panjang 295m, lebar pada 19 Desember 2015. Berdsaran penuturan warga longsor terjadi setelah terjadi hujan lebat. Air hujan yang meresap ke dalam tanah maupun air dari sawah dan saluran irigasi mengakibatkan penurunan stabilitas peninjauan di lapangan, kemiringan lereng pada lokasi bencana sekitar 15◦, tetapi di ujung lereng terdapat tebing dengan lereng 60◦. Material longsor telah menyebabkan alur sungai berpindah dari yang sebelumnya berkelok menjadi lurus. Berdasarkan interpretasi peta, daerah longsor merupakan daerah dengan karakteristik tanah batuan yang paling lemah. Hal ini ditunjukkan adanya rembesan air pada daerah tersebut Gambar 3. Air juga dapat dikorelasikan dengan lebatnya tumbuhan yang berada di daerah tersebut. Tumbuhan yang lebih lebat mengindikasikan ketersediaan air yang melimpah di lereng tersebut. Litologi daerah penelitian terdiri dari tanah aluvial yang memiliki karakteristik porous. Adanya mata air yang mengalir menandakan bahwa aliran Gambar 2. Kondisi Lokasi Sebelum Terjadi Longsor Sumber 200742m-90m, dan tinggi 45m gambar 2.Kejadian longsor mayoritas terjadi pada saat musim hujan, dan jarang terjadi pada musim kering, seperti kejadian longsor di Sungai Cipunagara Gambar 3. Kondisi rembesan dan jenis tanah pada lokasi longsoran 23Longsor di Sungai Cipunagara dan Desain Penanganannyatersebut mengalir pada dasar yang tidak porous atau lapisan tanah yang lebih keras. Jenis tanah di sekitar lokasi adalah material endapan vulkanik berukuran pasir lanauan yang berwarna coklat ke merah-merahan lihat gambar 3, terdiri tiga jenis lapisan tanah berdasar ukuran butir dan warna tanah. Hasil pengujian sifat mekanika tanah yang meliputi nilai kohesi, sudut gesekan dalam dan berat jenis tanah, dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai hasil uji mekanika tanahParameter Lapisan Tanah 1Lapisan Tanah 2Lapisan Tanah 3Berat basah Ɣwet kN/m317,9 19,6 19,1 Sudut gesekan dalam ᶿ22 15 25Kohesi kN/m310 42 18Rembesan mengalir dari dalam tanah Gambar 3. Sumber rembesan diduga dari area sawah, saluran irigasi dan pemukiman. Adanya rembesan mengindikasikan bahwa di bawahnya terdapat lapisan kedap air. Bagian atas zona longsor terdapat zona resapan atau genangan hasil dari aliran permukaan yang berasal dari daerah sekitar longsor yaitu saluran irigasi dan sawah Gambar 4.Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa jenis longsor adalah longsor rotasi slump slide. Longsor ini terjadi karena bergeraknya massa tanah pada bidang gelincir yang berbentuk cekung. Identikasi jenis longsor didasarkan adanya beberapa gejala yang berupa munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing; terjadi setelah hujan deras. Air hujan menimbulkan berat massa tanah naik dan angka pori dalam tanah meningkat, sehingga tegangan pori memperlemah tahanan gesek dalam tanah yang memicu terjadinya atas zona longsor berupa zona resapan yang bersumber dari air hujan, rembesan saluran irigasi dan genangan air pada sawah; Di ujung lereng pada tepi sungai berupa tebing terjal, yang sudah longsor pada waktu terdahulu, sebelum longsor 19 Desember daerah longsor dapat dilihat pada Gambar 5. Daerah longsor berupa lahan pinggir sungai, di bagian atas longsor berupa sawah dan terdapat saluran irigasi. Dari peta Google Earth dapat terlihat bahwa area longsor sebelumnya merupakan Gambar 4. Kondisi sawah dan saluran irigasi di atas zona longsor Gambar 5. Peta situasi pada longsordaerah hijau, menandakan daerah tersebut daerah kaya utama terjadinya longsor adalah bentuk lereng yang terjal, curah hujan tinggi yang mengakibatkan kondisi tanah yang berada di atas lokasi longsor menjadi jenuh air. Air ini bersumber dari air hujan, air saluran irigasi dan genangan sawah. Kondisi ini menjadikan bagian atas lokasi bertambah berat yang meningkatkan gaya dorong dan keadaan jenuh air mengurangi gaya penahan, sehingga terjadi longsor. Penyebab gerakan tanah secara umum dapat 24Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 1, April 2019 19 - 27dirinci, yaitu gerusan pada bagian bawah lereng dan dikelokan sebelah luar kelokan sungai yang disebabkan oleh arus pada saat banjir; Lereng yang curam dengan perbedaan elevasi yang cukup besar antara daerah puncak dengan sungai di dasar; Tanah dan tipe batuan yang porous dengan kemampuan meloloskan air tinggi; Curah hujan yang tinggi, dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama beberapa hari sebelum kejadian gerakan tanah; Penataan air permukaan yang kurang baik di area rawan longsor, hal ini salah satunya disebabkan sistem aliran air permukaan saluran irigasi yang belum di semen tidak kedap air sehingga menyebabkan air meresap ke dalam tanah dan terjadi penjenuhan. Hal ini ditambah dengan tata guna lahan di daerah atas dari tebing yang longsor berupa sawah serta genangan air yang menyebabkan penjenuhan tanah; Bukit dan sungai belum memiliki struktur penahan tebing maupun pengarah aliran sungai sehingga rawan longsor; Retakan tanah yang mungkin disebabkan oleh yang kedap air, maka inltrasi air permukaan akan dapat dicegah Gambar 7.Membuat area pertanian kering bukan sawah. Hal ini bertujuan untuk mencegah inltrasi air pada bidang longsor. Air genangan pada lahan pertanian akan meresap pada zona longsor sehingga stabilitas lereng turun. Untuk mencegah terjadinya inltrasi Gambar 6. Potongan memanjang lokasi longsorkekeringan yang panjang. Air hujan dapat secara langsung menginltrasi tanah dan mempercepat penjenuhan lereng, memicu longsor gambar 6. Pemicu terjadinya longsor adalah inltrasi air permukaan ke dalam bidang lereng pada sempadan sungai dan pengikisan tebing sungai, sehingga rekomendasi penanganan longsor adalah sebagai berikut;Membuat saluran irigasi yang kedap air untuk mencegai air pada saluran irigasi dan dari sawah tidak dapat meresap ke area sekitar, resapan air ini yang menyebabkan stabilitas lereng menjadi turun.. Bila pada saluran irigasi terdapat bagian yang tidak kedap air harus dibuat menjadi kedap air dengan sementasi, sehingga air tidak meresap ke tanah. Dengan mengalirkan air pada saluran Gambar 7. Saluran irigaasi harus kedap air warna hitamGambar 8. Pembuatan Area Pertanian Kering garis putusair ke tanah, maka area pertanian harus bersifat kering, tanpa ada genangan air Gambar 8.Membuat struktur penguat lereng structural. Perlu dibuat tembok penahan lereng pada tepi sungai dan sekitar 125 m dari tepi sungai. Tembok penahan lereng perlu dibuat untuk memperkuat lereng sehingga tidak terjadi longsor. Tembok penahan lereng berupa bronjong sehingga rembesan air tetap bisa penguat lereng pada tepi sungai/tanggul Gambar Dibuat dengan bronjong supaya rembesan air bisa lewat SNI 03-0090-1999 tentang Bronjong kawat; Tinggi bronjong sesuai tinggi banjir ditambah tinggi jagaan; Arah/lokasi bronjong sesuai arah tepi sungai yang asli; 25Longsor di Sungai Cipunagara dan Desain PenanganannyaBronjong ditanam sesuai kondisi geoteknik tanah setempat, sampai lapisan penguat lereng, lokasi dari tepi sungai 125 m arah atas longsor Gambar Perkuatan lereng revetments adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul dan secara keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas. Dibuat dengan bronjong supaya air bisa lewat; Dibuat sejajar lereng, agar lereng menjadi kuat dan stabil; Tinggi dan lebar bangunan sesuai ukuran lereng; Bronjong ditanam sesuai kondisi geoteknik setempat, sampai lapisan pengarah aliran krib untuk melindungi tepi sungai Gambar 10. Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai ke arah tengah guna mengatur arus sungai dan tujuan utamanya adalah; Mengatur arah arus sungai; Mengurangi kecepatan arus sepanjang tebing sungai; Untuk keamanan tebing terhadap gerusan; Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai. Struktur krib disesuaikan dengan SNI T-01-1990-F tentang tata cara perencanaan umum krib di sungai. a b c Gambar 9. a Posisi penguat lereng, b posisi dalam potongan memanjangDesain pemasangan bronjongGambar 10. Lokasi krib berdampingan dengan penguat lerengHASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan data geometri lereng dan data sifat mekanika tanah Tabel 1 dapat dilakukan analisis stabilitas lereng. Gambar 11 merupakan pemodelan stabilitas lereng dengan software SLIDE. Panjang penampang sebenarnya 300 m dengan tinggi area Gambar 11. Permodelan dengan SLIDE sebelum dan sesudah tanah longsor 26Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 1, April 2019 19 - 2750 m. Analisis dilakukan dengan metode Bishop. Terlihat bahwa faktor keamanan dari lereng tersebut seluruhnya terlihat kritis dengan nominal 0-1 yang dikategorikan rawan. Faktor keamanan terendah berada pada tebing teratas dengan slope 55o yaitu 0,204. Titik inilah yang diduga runtuh pertama kali sebelum longsor terjadi. Tampak terlihat pada pemodelan bahwa jenis longsor merupakan longsor rotasional dengan tipe Earth yang terjadi di Kampung Cipatat, Desa Pasanggarahan, Kecamatan Kasolamalang, Subang cenderung membentuk bidang gelincir rotasional dengan material longsor berupa material lepas. Faktor yang memicu longsor adalah bentuk dan ukuran tebing lereng yang tinggi serta sudut kemiringan lereng yang besar. Dari kajian di lapangan dapat diketahui faktor penyebab longsor Sungai Cipunagara yaitu karakteristik tanah yang berupa endapan sungai yang bersifat porus, tebing sungai yang curam, pengikisan tebing karena lokasi longsor pada kelokan sungai, inltrasi air dari air hujan, genangan sawah dan saluran irigasi. Berdasarkan faktor penyebabnya maka untuk meningkatkan stabilitas lereng, disampaikan rekomendasi yaitu membuat saluran irigasi kedap air, membuat area pertanian kering bukan sawah, terasering, membuat struktur penguat tebing, serta pengarah aliran sungai krib. Penanganan longsor ini pada prinsipnya adalah menambah gaya penahan struktur penguat dan saluran kedap air serta mengurangi gaya dorong mencegah inltrasi. Berdasarkan analisis stabilitas lereng, setelah dibangun struktur penguat tebing maka lereng menjadi stabil. Pemasangan bronjong batu dengan kombinasi jangkar atau anchor. Bronjong batu di pasang berundak dengan lebar bagian atas 2 m dan tinggi setiap undakan 1-1,17m. Jangkar dapat dipasang pada setiap tingkatan undakan bronjong batu, akan tetapi untuk penhematan anggaran, jangkar dipasang pada setiap 3 undakan. Jangkar dipasang berlawanan dengan arah kemiringan batuan untuk mencegah longsoron dan menahan gaya luncuranHasil pemodelan stabilitas lereng dengan software SLIDE dengan analisis metode Bishop menunjukkan faktor keamanan dari lereng berkisar 0 – 1 yaitu FS = 0,306 yang termasuk kategori rawan. Setelah dilakukan penguatan tebing maka nilai FS= 1,022 yang berarti termasuk katagori tidak TERIMA KASIHKami ucapkan terima kasih kepada Kepala BBWS Citarum, Kepala Pusair, dan Kepala Balai Sabo atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan kajian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di Balai Sabo atas bantuan dan dukungannya dalam melakukan kajian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pemda Subang yang sangat kooperatif dan mendukung terlaksananya penelitian ini. Tidak lupa disampaikan apresiasi kepada warga yang sangat kooperatif dan mendukung terlaksananya penelitian PUSTAKAAzizi M. A., Kramadibrata S., Wattimena R. K., Djati I. S., dan Adriansyah Y., 2012. Analisis Risiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka Studi Kasus Tambang Mineral X. Prosiding Simposium dan Seminar Geomekanika Ke-1 Tahun 2012Arif, M., & Widodo, A., 2008. Analisis Balik Kelongsoran- Studi Kasus di Jember. Jurusan Teknik sipil ITS. J. E., 1985. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah 2nd ed. Erlangga, Peruccacci S., Rossi M., Luciani S., Valigi D., and Guzzetti F., 2012. Rainfall thresholds for the possible occurrence of landslides in Italy. Journal of Natural Hazards and Earth Sistem Sciences 10 R. F., 1989. Mekanika Taanah 4th ed. Erlangga. Earth, 2007. Explore, Search and Discover, Http// 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gajah Mada University Press. Lee Hoa Chiu & Cheng 2012. Stability monitoring of rainfall-induced deep landslides through pore pressureprolemeasurements. Jurnal Soils and Foundations 524737– D., 2005. Bencana Alam Gerakan 27Longsor di Sungai Cipunagara dan Desain PenanganannyaMassa di Indonesia dan Upaya Penaggulangannya. Jurusan Teknik Geologi UGM Ikhsan, J., and Liao, 2013. Inuence of Rainfall Patterns on the Instability of Slopes. Civil Engineering Dimension, Vol. 152, 120-128Permen PU 22, 2007. Pedoman Penataan Ruang Kawaasan Raawan Bencana Longsor, Kementrian PU, Republik 03-1962-1990, Tata Cara Perencanaan Penanggulangan Longsoran. Badan Standardisasi Indonesia. E., & Nayoan T. F., 2007. Pengaruh curah hujan terhadap stabilitas lereng pada timbunan jalan tol di Jawa Barat. Skripsi. Teknik Sipil Universitas Maranatha A., Sarah, D. dan Sumarnadi, 2005. Mitigasi Bahaya Gerakan Tanah di Daerah Tropis Penelitian Karakter Curah Hujan Pemicu Gerakan Tanah di Daerah Cikijing, Kabupaten Majalengka. Laporan Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Yin, Q. L., Wang, Y., dan Tang, Z. H., 2002. Mechanism and dynamic simulation of landslide by precipitation. Journal of Geological Science and Technology Information in Chinese 211 75– K., Ajmera, B., Tiwari, B., and Hu, Y., 2016. Effect of Long Duration Rainstorm on Stability of Red-clay Slopes. Geoenvironmental Disasters, Vol. 3, 12-26. Desa Clapar merupakan salah satu desa di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, yang tergolong daerah rawan longsor. Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi tipe longsor dengan menganalisis bidang gelincir berdasarkan sebaran nilai resistivitas secara lateral. Penelitian ini mengaplikasikan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi dipol-dipol. Pengukuran dilakukan di dua lokasi, yaitu lereng bukit sebelah barat dan timur kawasan pemukiman, yang masing-masing terdiri dari 2 dan 3 lintasan pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidang gelincir pada lokasi pertama mempunyai nilai resistivitas sebesar 2,93 - 47,43 m, berupa lapisan lempung dengan bidang berbentuk relatif rata pada kedalaman 4,5 - 15,0 meter. Demikian juga dengan bidang gelincir pada lokasi kedua yang mempunyai nilai resistivitas sebesar 1,32 - 14,38 m, berupa lapisan lempung dengan bidang berbentuk relatif rata pada kedalaman 1,5 - 7,0 meter. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tipe longsor di Desa Clapar diprediksi sebagai longsor LoeqmanNana SulaksanaA. Helman HamdaniWening SulistriABSTRAKIndonesia mempunyai 127 gunungapi aktif dan berdasarkan sejarah erupsi 67 di antaranya merupakan gunungapi berbahaya. Erupsi gunungapi memiliki risiko merusak dan mematikan tidak hanya bagi masyarakat yang bermukimdi sekitarnya tapi juga menyebabkan bencana bagi masyarakat luas. Salah satu bahaya primer erupsi gunungapi adalah aliran awanpanas, produk erupsi gunungapi yang sampai saat ini paling banyak menyebabkan jatuhnya korban jiwa, untuk itu diperlukan suatu simulasi/pemodelan untuk mengetahui pola aliran awanpanas guna mendukung penentuan Kawasan Rawan Bencana KRB erupsi aliran awanpanas ini dibuat berdasarkan data Model Elevasi Digital DEM dan memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi Geografis GIS, dengan output berupa representasi dinamis dari kecepatan aliran awanpanas, ketebalan deposit, dan daerah terdampak, dengan studi kasusGunungapi Sinabung Sumatra Utara. Setelah erupsi terakhir 1200 tahun lalu peningkatan aktivitas Gunungapi sinabung ditandai dengan terjadinya letusan freatik pada periode Agustus-September 2010. Setelah 3 tahun beristirahat, aktivitas erupsi kembali terjadi sejak September 2013 hingga saat ini. Aktivitas erupsi berupa pertumbuhan kubah lava dan luncuran awanpanas telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta memaksa penduduk mengungsi menjauhi daerah aliran awanpanas Gunungapi Sinabung karena runtuhnya kubah lava dibuat ke berbagai arah dengan skenario volume kubah lava ; 1, 2 dan 3 juta m3. Hasil overlay antara daerah landaaan awanpanas dengan skenario 3 juta m3 pada Peta KRB menunjukan jangkauan aliran awanpanas pada sektor tenggara, barat dan timurlaut telah sedikit melewati batas KRB III kawasan sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava dangas beracun.Kata kunci awanpanas, Simulasi/model, titan2d, KRBABSTRACTIndonesia has 127 active volcanoes and based on historical eruption, 67 of them are dangerous. Volcano eruption having destructive risk and deadly, not only for the people who lived around, but also caused disaster for large society. One of the primary danger of volcano eruption is the pyroclastic flow, volcano eruption products that until recently was the most caused the loss of life, therefore necessary creating a simulation/modeling to know pyroclastic flow pattern to support of a determination the Volcanic hazard map. Pyroclastic flow Simulation/modeling is made based on the Digital Elevation Model DEM data and using Geographical Information System GIS application, with output of representation dynamic from the pyroclastic flow velocity, the thickness of deposit, and affected areas, with case Sinabung Volcano in North lates eruption about years ago, Increased activity Sinabung volcano started by phreatic eruptions during August – September 2010. After three years of rest, eruption activity occurs again on September 2013 until today, with lava dome growth and pyroclastic flow acitvity have caused casualties and forcing residents were being evacuated away from the danger pyroclastic flow simulation/modeling due the lava dome collapse is made into various directions with scenario of lava dome volume ; 1, 2 and 3 million m3. The results of overlay between areas affected by pyroclastic flow model with scenario 3 million m3 and volcanic hazard map showed the range of pyroclastic flow to the southeast, west and northeast sector reached the limit of zone III at volcanic hazard map Very potentially affected by pyroclastic flow, lava flow, lava avalanche, and toxic volcanic gas .Keywords pyroclastic, simulation/modeling Titan2D, volcanic hazard mapBackground Slope stability issue in red clay slopes during rainfall is one among the serious geoenvironmental disasters in China. In order to investigate the effect of long duration rainstorm on red-clay slopes, studies were conducted using Geostudio 2012. Five different rainfall-durations were applied to the slope and the results of coupled and uncoupled calculation modes were compared. Results and Conclusions Results show that pore water pressure increased due to the dissipation of matric suctions and rise in water table during the rainfall period with the longer the rainfall duration, the larger the pore water pressure. The rate of change of pore water pressure was largest at rainfall durations of 4 days, among all the duration conditions considered for this study. After short duration rainstorms, a settlement of the surface of the slope was observed. However, in long duration rainstorms, the slope surface swelled in a non-uniform manner with the head of the slope experiencing the greatest expansion. Factor of safety exhibited a hysteresis during the calculation process, which was similar in trend with the pore water pressure as well, and it showed some amplitude during the calculation steps under the coupled calculation analysis as a result of the deformation and seepage force affecting each other on the performance of slope, especially for the slope assessment of rainstorm-induced shallow landslides is still a research topic of wide concern for scientists and engineers. This paper examined the effect of rainfall intensity distribution on shallow landslides. Four synthetic rainfall distributions comprising uniformed, delayed, centralized, and advanced, were selected to examine the effect of rainstorm patterns on slope failure. The infiltration was modeled using Green-Ampt equation, while an infinite slope was selected to model the shallow landslide. Monte Carlo Simulation was applied to analyze the failure probability of the slopes. Two landslide cases were selected to examine the proposed model. The results indicated that among the four representative rainstorm patterns, the advanced rainfall pattern caused worst slope stability. The advanced rainfall pattern resulted in the shortest rainfall duration threshold for landslide occurrence, followed by the central, uniform, and then delayed rainfall pattern. The probabilistic analysis method was suitable to estimate the time of failure for the evaluated landslide Italy, rainfall is the primary trigger of landslides that frequently cause fatalities and large economic damage. Using a variety of information sources, we have compiled a catalogue listing 753 rainfall events that have resulted in landslides in Italy. For each event in the catalogue, the exact or approximate location of the landslide and the time or period of initiation of the slope failure is known, together with information on the rainfall duration D, and the rainfall mean intensity I, that have resulted in the slope failure. The catalogue represents the single largest collection of information on rainfall-induced landslides in Italy, and was exploited to determine the minimum rainfall conditions necessary for landslide occurrence in Italy, and in the Abruzzo Region, central Italy. For the purpose, new national rainfall thresholds for Italy and new regional rainfall thresholds for the Abruzzo Region were established, using two independent statistical methods, including a Bayesian inference method and a new Frequentist approach. The two methods proved complementary, with the Bayesian method more suited to analyze small data sets, and the Frequentist method performing better when applied to large data sets. The new regional thresholds for the Abruzzo Region are lower than the new national thresholds for Italy, and lower than the regional thresholds proposed in the literature for the Piedmont and Lombardy Regions in northern Italy, and for the Campania Region in southern Italy. This is important, because it shows that landslides in Italy can be triggered by less severe rainfall conditions than previously recognized. The Frequentist method experimented in this work allows for the definition of multiple minimum rainfall thresholds, each based on a different exceedance probability level. This makes the thresholds suited for the design of probabilistic schemes for the prediction of rainfall-induced landslides. A scheme based on four probabilistic thresholds is proposed. The four thresholds separate five fields, each characterized by different rainfall intensity-duration conditions, and corresponding different probability of possible landslide occurrence. The scheme can be implemented in landslide warning systems that operate on rainfall thresholds, and on precipitation measurements or Risiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka Studi Kasus Tambang Mineral XM A AziziS KramadibrataR K WattimenaI S DjatiY Dan AdriansyahAzizi M. A., Kramadibrata S., Wattimena R. K., Djati I. S., dan Adriansyah Y., 2012. Analisis Risiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka Studi Kasus Tambang Mineral X. Prosiding Simposium dan Seminar Geomekanika Ke-1 Tahun 2012Analisis Balik Kelongsoran-Studi Kasus di Jember. Jurusan Teknik sipil ITSM ArifA WidodoArif, M., & Widodo, A., 2008. Analisis Balik Kelongsoran-Studi Kasus di Jember. Jurusan Teknik sipil ITS. Fisis dan Geoteknis TanahJ E BowlesBowles J. E., 1985. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah 2nd ed. Erlangga, Tanah Longsor dan ErosiC H HardiyatmoHardiyatmo 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gajah Mada University Press. monitoring of rainfall-induced deep landslides through pore pressureprofilemeasurementsA B HuangJ T LeeT H HoaY F ChiuS Y ChengHuang Lee Hoa Chiu & Cheng 2012. Stability monitoring of rainfall-induced deep landslides through pore pressureprofilemeasurements. Jurnal Soils and Foundations 524 Alam Gerakan Massa di Indonesia dan Upaya PenaggulangannyaD KarnawatiKarnawati., D., 2005. Bencana Alam Gerakan Massa di Indonesia dan Upaya Penaggulangannya. Jurusan Teknik Geologi UGM Yogyakarta.
Bronjongumumnya dapat ditemukan pada tepi sungai maupun tebing. Konstruksi ini juga umum ditemukan pada rumah dengan kondisi tanah yang rawan longsor. Kawat Bronjong terbuat dari anyaman kawat baja yang dilapisi dengan seng / galvanis. Lapisan galvanis membuat kawat tidak mudah berkarat. Bronjong biasanya berbentuk kotak atau balok. Dinding penahan tanah merupakan salah satu pekerjaan konstruksi yang penting dalam suatu pekerjaan proyek dan dapat mempengaruhi pekerjaan selanjutnya serta hasil akhir dari proyek tersebut maka perencanaan, perhitungan dan perancangan harus dilakukan dengan tepat dan akurat. Analisis yang baik juga diperlukan karena ada banyak faktor yang mempengaruhi di dalamnya, seperti properti tanah, muka air tanah, dan lain sebagainya. Untuk menghasilkan konstruksi dinding penahan tanah yang ideal, maka analisis stabilitas dinding perlu ditinjau faktor aman terhadap geser sliding dan guling overtuning harus mencukupidan tekanan tanah yang terjadi pada tanah dasar pondasi tidak boleh melebihi kapasitas daya dukung yang struktur dinding penahan tanah ini direncanakan aman terhadap pergeseran, penggulingan, dan keruntuhan kapasitas daya dukung tanah. Hasil analisis didapat faktor stabilitas terhadap geser 2,067, stabilitas terhadap guling 3,258 dan keruntuhan kapasitas daya dukung 3,033. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Dinding penahan tanah konvensional umumnya berupa dinding gravitasi atau dinding kantilever yang terbuat dari pasangan beton dapat dipertimbangkan untuk penahan pada tebing sungai. Dinding penahan tanah merupakan konstruksi penting pada pekerjaan sipil yang mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan lainnya, dinding penahan berupa struktur yang dirancang untuk menahan tekanan lateral Ishak & Ruwiyo, 2018. Konsep tanah bertulang dengan tanah urug yang diperkuat dengan tulangan lajur-lajur baja atau lembaran-lembaran geosintetik geotekstil dan geogrid. ...... Tekanan lateral dibedakan berdasarkan keadaan tanah di sekitar konstruksi, di antaranya tekanan tanah lateral aktif, tekanan tanah lateral pasif, dan tekanan tanah diam Ishak & Ruwiyo, 2018. Nilai tekanan lateral merupakan perkalian antara tekanan vertikal dengan koefisien tekanan tanah. ...... Hal ini dapat mencegah aliran debris dan mengendalikan sedimen di dasar sungai, sehingga bermanfaat pada penanggulangan bencana Sukatja et al., 2021. Dinding penahan sungai yang aman terhadap pergeseran, penggulingan, dan keruntuhan kapasitas dukung tanah dapat berkontribusi pada pengendalian banjir Ishak & Ruwiyo, 2018. ...Novdin Manoktong SianturiGerusan di dasar sungai dapat menyebabkan longsor dan pengikisan pada tebing sungai. Longsor yang terjadi pada tebing sungai merupakan salah satu jenis longsor yang disebabkan oleh derasnya aliran sungai. Konstruksi penahan tanah dapat dibangun guna melindungi tebing sungai dari gerusan pada sungai dan menjaga stabilitas tanah, untuk itu perlu penelitian perancangan dinding penahan pada tebing sungai. Tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan dinding penahan tebing sungai yang aman terhadap stabilitas internal dan stabilitas eksternal. Metode penelitian dilakukan melalui perancangan penahan tanah dari blok beton segmental dengan perkuatan geosintetik berdasarkan data tanah di lokasi tebing sungai, tinggi tebing, dan kemiringan tebing sungai. Lokasi penelitian di Sungai Bah Bolon Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada Maret 2021 sampai Juli 2021. Faktor keamanan dinding penahan dianalisis, baik terhadap stabilitas internal maupun terhadap eksternal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sudut geser tanah merupakan parameter tanah yang penting diketahui dalam perancangan dinding penahan. Nilai faktor keamanan dinding semakin tinggi dengan semakin meningkatnya nilai sudut geser tanah. Perkuatan geosintetik semakin ekonomis dan dinding penahan tanah semakin stabil pada tanah yang memiliki nilai sudut geser yang semakin tinggi. Kata KunciTebing sungai, dinding penahan, perkuatan geosintetik, stabilitas, beton has not been able to resolve any references for this publication.
JenisBendung. Bangunan air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang sungai atau sudetan, dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air dengan ambang tetap sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan airnya dilimpahkan ke hilir dengan terjunan yang dilengkapi dengan kolam olak dengan

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ekosistem dan interaksi yang terjadi di dalamnya. Salah satu ekosistem yang dipelajari dalam ekologi adalah ekosistem perairan. Di perairan, terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya ekosistem yaitu sedimentasi. Sedimentasi adalah proses mengendapnya material organik di dasar perairan karena terbawa air atau angin. Wilayah perairan yang rentan terjadi sedimentasi adalah sungai dan danau. Dampak yang paling besar dari sedimentasi adalah terjadinya pendangkalan sungai atau danau yang menyebabkan banjir. Sedimentasi pada perairan terjadi karena erosi pada tepi sungai atau danau. Tanah dan material organik lainnya masuk ke aliran sungai yang menyebabkan terjadinya pengendapan di dasar sungai. Hal itu terjadi karena saat ini vegetasi di tepian hulu sungai semakin sedikit karena adanya degradasi hutan dan betonisasi. Sehingga kemampuan tanah untuk menyerap air hujan menjadi menurun dan mengakibatkan erosi. Pendangkalan sungai yang membuat aliran sungai menjadi lebih deras sampai ke hilir. Hal tersebut membuat peningkatan debit air sungai dan berpotensi menyebabkan besar sungai di Indonesia sudah mengalami sedimentasi. Hal tersebut juga terjadi di sungai besar yang melalui Provinsi DKI Jakarta yaitu sungai Ciliwung. Pada daerah hulu sungai ciliwung di Kabupaten Bogor, terjadi degradasi hutan menjadi pemukiman dan industri. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya vegetasi yang ada di daerah tepi sungai sehingga kemampuan infiltrasi tanah berkurang. Padahal Kabupaten Bogor memiliki curah hujan yang lebih tinggi sehingga air hujan langsung masuk ke sungai dan menyebabkan erosi. Danau di Indonesia juga mengalami sedimentasi. Penyebabnya sama seperti pada sedimentasi sungai yaitu terjadinya degradasi hutan di tepian danau. Danau merupakan ekosistem perairan yang tidak mengalir. Sedimenatasi pada danau berakibat lebih buruk daripada sungai karena dapat menyebabkan ekosistem tersebut hilang dan menjadi daratan. Hilangnya ekosistem tentu saja dapat memusnahkan organisme yang ada di dalamnya sehingga ekosistem menjadi terganggu dan rusak. Revitalisasi danau Sunter, Jakarta Sumber Dalam kunjungan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia ke Sekretariat Sekolah Sungai Ciliwung, Usman Ketua Komunitas Pecinta Ciliwung menyampaikan beberapa cara untuk mengurangi dampak sedimentasi. Komunitas Pecinta Ciliwung memiliki beberapa program kerja yang dapat memulihkan fungsi bantaran sungai sebagai daerah resapan. Program tersebut di antaranya membuat Urban farming di lereng sungai untuk meningkatkan kemampuan tanah meresap air. Program lain adalah pembuatan lubang biopori sebagai tempat peresapan air. Untuk masalah sedimentasi yang terjadi di danau, upaya pemerintah yang umum dilakukan adalah pengerukan danau. Hal tersebut sudah dilakukan di beberapa danau salah satunya danau Sunter, Jakarta. Pengerukan danau bertujuan untuk merevitalisasi fungsi danau tersebut menjadi danau resapan dan pengendali banjir. Namun hal tersebut masih kurang efektif karena dampak sedimentasi seperti banjir masih yang paling efektif untuk sedimentasi pada sungai dan danau adalah membenahi daerah tepi danau atau sungai dari hulu sampai muara. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pembenahan tidak bisa dilakukan hanya di satu titik saja. Reboisasi dan pembuaatan biopori saja sudah efektif jika terjadi kerjasama dan komitmen antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat yang baik. Sumber dokumentasi pribadi Sumber dokumentasi pribadi Lihat Inovasi Selengkapnya

ApaItu Bronjong, Anyaman Kawat Penahan Gerusan di Tepi Sungai? Mengenal bronjong, anyaman kawat yang kerap dipasang pada area tebing atau tepi sungai guna menahan gerusan akibat derasnya arus

Ирաмαշам веσепсեցег ոАξ итօмጻтаг ቬцቾχаፗՈхи αውиնու иኅиቆ
Υփοйαснաኛ ձечовէгем ըтвረБугафеճ аብабоցυቻуЭልоኩуж ኇፅկаփитυ юቢиጶθκቢ
Բኺсէዔ еπωтвиզыхр псОս ጋሀжукубሆай υκωթуцер θշυռቇտ
Չε ዷоценιպЩаվθքи фиб οΓа ւ
Етроπոሂը էзኖэчուтв бебጄхէлօвазиծ ሼሤուհитвኾ οյεсθጇ
Berdasarkanhasil penelitian yang sudah dilakukan, ada kecenderungan ditemukannya manusia purba menghuni lingkungan di pinggir sungai. Beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian seperti itu adalah situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo (Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi, dan Ngandong). Kondisi itu dapat dipahami sebab air
Penggunaankawat ini sendiri bisa diterapkan di banyak tempat. Misalnya saja seperti tanah timbunan, daerah tepi sungai, dinding penahan tanah, tanggul, dan masih banyak lagi yang lainnya. Maka dari itu, tak heran jika kawat baja ini pun bisa kita temukan aplikasinya di berbagai tempat untuk digunakan secara optimal. Keunggulan dari kawat bronjong Waterfront city merupakan kawasan tepi laut atau bagian kota yang berbatasan dengan air dengan konsep pengembangannya di tepi pantai, sungai ataupun danau. Dewasa ini viral di media sosial, adanya spot baru Kota Pariaman yaitu pengembangan water front city Kawasan Batang Pampan yang berlokasi di Kelurahan Pondok II, Kecamatan Pariaman Tengah .
  • 1fqio90lwm.pages.dev/303
  • 1fqio90lwm.pages.dev/256
  • 1fqio90lwm.pages.dev/666
  • 1fqio90lwm.pages.dev/258
  • 1fqio90lwm.pages.dev/814
  • 1fqio90lwm.pages.dev/908
  • 1fqio90lwm.pages.dev/736
  • 1fqio90lwm.pages.dev/502
  • 1fqio90lwm.pages.dev/10
  • 1fqio90lwm.pages.dev/733
  • 1fqio90lwm.pages.dev/890
  • 1fqio90lwm.pages.dev/626
  • 1fqio90lwm.pages.dev/28
  • 1fqio90lwm.pages.dev/355
  • 1fqio90lwm.pages.dev/919
  • penahan air di tepi sungai